Sunday 14 December 2025 - 23:59
Dakwah Tidak Bisa Menggunakan Satu Pola yang Sama

Hawzah/ Ketua Jami‘ah Mudarrisīn Hawzah Ilmiyah Qom menegaskan bahwa dalam dakwah agama, selain memperhatikan nilai-nilai bersama, karakteristik budaya khusus setiap daerah juga harus menjadi perhatian. Ia mengatakan bahwa kita perlu memahami ciri khas masing-masing provinsi dan mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi aktif.

Berita Hawzah – Ayatullah Sayyid Hasyim Hosseini Bushehri, Ketua Jami‘ah Mudarrisīn Hawzah Ilmiyah Qom, dalam pertemuannya dengan Kepala Kantor Organisasi Dakwah Islam Provinsi Bushehr pada siang hari ini menyatakan bahwa dalam perang kognitif (perang psikologi), musuh berupaya merampas motivasi dan kehendak generasi muda.

Ia menjelaskan perbedaan antara perang militer dan perang kognitif-persepsi, seraya mengatakan bahwa dalam perang kognitif, musuh tidak hanya menyerang keyakinan dan kepercayaan agama, tetapi juga menyasar identitas nasional. Menurutnya, tujuan utama musuh adalah melemahkan semangat dan kemauan generasi muda.

Ayatullah Hosseini Bushehri menambahkan bahwa dalam perang kognitif, musuh pada praktiknya merekrut pasukan dari dalam barisan sendiri. Akibatnya, ketika terjadi krisis, kelompok ini tidak lagi berpihak kepada negara dan pemerintahan, kecuali jika solidaritas dan kesadaran masyarakat diperkuat. Ia mencontohkan peristiwa perang 12 hari, dimana masyarakat mendukung pemerintah karena mereka menyadari bahwa kehadiran musuh di suatu wilayah tidak pernah membawa apa pun selain kehancuran.

Ia juga menegaskan bahwa dalam dakwah agama, selain memperhatikan nilai-nilai bersama, karakteristik budaya khusus setiap daerah harus diperhitungkan. Menurutnya, para dai dan pengelola dakwah harus memahami ciri khas wilayah masing-masing serta mengetahui faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk terlibat aktif. Terkadang, susunan dan pendekatan materi dakwah di satu provinsi perlu berbeda dengan provinsi tetangga.

Wakil Ketua Majelis Khobregan Rahbari itu menekankan pentingnya sinergi Organisasi Dakwah Islam dengan lembaga dan institusi daerah lainnya, seraya mengatakan bahwa tanpa kerja sama tersebut, Organisasi Dakwah tidak akan mampu memberikan dampak yang signifikan. Ia menjelaskan bahwa jika suatu wilayah menghadapi kemiskinan atau kekurangan tertentu, seorang dai tidak dapat hanya mengatasinya melalui penjelasan keagamaan semata, melainkan harus turut memperhatikan persoalan sosial dan problem masyarakat di berbagai dimensi, termasuk persoalan mental dan psikologis.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha